Sabtu, 03 Desember 2011
Dear, Ibu...
Ibu, aku tau kalau aku sering banget menyakiti hati Ibu dan sering bikin Ibu nangis. Aku tau selama ini sering banget bicara dan berucap kasar sama Ibu. Aku tau kalau aku banyak kali mengabaikan nasehat dan laranganmu. Aku tau kalau kesalahan dan dosaku ke Ibu nggak akan pernah bisa terhitung, betapa kata maafku nggak akan pernah cukup mewakili itu semua. Maafkan aku, Ibu.. Maaf, maaf, maaf, dan maaf atas segala dosa dan kesalahanku pada Ibu...
Aku tau nggak akan pernah bisa membalas semua kebaikan, pengorbanan, serta kasih sayang yang teramat besar yang tak terhingga yang kau berikan padaku; aku yang bawel dan manja ini. Aku sangat, sangat, sangat dan sangat berterima kasih untuk segala-galanya, Ibu. Sungguh, aku tak pernah sanggup membayangkan betapa Ibu sangat menyayangiku.
Aku menulis surat ini hanya untuk Ibu. Spesial untuk Ibu. Rasa cintaku untuk Ibu harus disampaikan, meskupun hanya lewat tulisan yang sederhana. Lewat surat ini.
Masih ingat?
Saat kita berdua tanya jawab soal-soal ulangan untuk ujian cawu saat aku masih kelas 2 (dua) SD dulu, Ibu membuatkan kisi-kisi soal untukku, memberi pertanyaan, dan aku menjawabnya setelah materi pelajaran untuk ujian selesai kubaca dan kurangkum dalam ingatanku?
Aku ingat.
Saat aku masih TK, setiap akan pergi sekolah Ibu selalu mendandani rambutku yang tipis tapi panjang, menyisirnya, menguncir atau sesekali dikepang dan diberi pita warna merah kesukaanku agar aku terlihat lebih manis. Kadang saat ibu mendandani rambutku, aku masih terkantuk meskipun sudah mandi dan rapi.
Aku masih ingat.
Saat Ibu melarangku pergi main ke rumah salah satu temanku, tapi aku mengabaikan laranganmu dan tetap pergi dengan bersepeda. Tapi apa yang terjadi akibatnya? Aku malah jatuh dari sepeda, luka lecet di bagian kaki dan tangan.
Aku masih ingat.
Saat ulang tahunku yang ke-8, aku yang tanpa sepengetahuan Ibu, tiba-tiba mengundang beberapa teman datang ke rumah. Ibu benar-benar tidak tahu menahu soal undanganku, soal ulah nakalku. Sampai akhirnya, tanpa sengaja Ibu mengetahuinya dari salah satu tetangga yang mengadu kalau anaknya kok nggak diundang. Ibu yang nggak tau apa-apa malah melongo, bingung. Tapi, pada akhirnya aku tetap mendapatkan pesta ulang tahunku bersama teman-temanku, tanpa dimarahi sedikitpun, tanpa omelan sedikitpun. Aku merasa senang sekali waktu itu.
Aku masih ingat.
Saat aku berturut-turut selama 3 (tiga) caturwulan kelas 2 (dua), aku mendapat peringkat pertama di kelasku. Ibu mengajak Bapak, aku, dan adikku pergi berenang, meskipun kami nggak bisa renang dan hanya bersenang-senang. Ibu membuatkan meat ball kesukaanku dan dibawa untuk bekal berenang. Aku dan adikku makan dengan lahap baksonya yang dicocol pakai kecap dan saus. Tahun-tahun berikutnya nilai pelajaranku agak menurun, meskipun setiap menerima buku raport, aku masih selalu masuk 5 (lima) atau 10 (besar). Ibu tetap memberi dukungan dan selalu menemani aku belajar. Dan selalu seperti itu sampai aku lulus SMA, Ibu selalu menemaniku belajar, walau seharian lelah dengan pekerjaan rumah tangga.
Aku ingat.
Saat aku masih SMA dan suatu hari pergi dengan teman-temanku dan pulangnya sedikit terlambat, karena ban motor bocor dan harus menambalnya. Bapak marah. Aku memang tetap salah Tapi, ibu membelaku, meredam amarah Bapak agar nanti kalau aku pulang tidak dimarahi.
Aku masih ingat.
Sejak aku kecil hingga sekarang yang sudah berumur lebih dari seperempat abad, Ibu selalu menjadi teman curhatku. Sepulang sekolah, selalu ada saja hal yang aku ceritakan, yang aku adukan ke Ibu. Saat aku kuliah pun, kalau pas lagi libur dan pulang ke rumah, aku selalu dan selalu berkeluh kesah ke Ibu. Soal pelajaran, teman, sampai soal asmara aku curhat ke Ibu, meskipun ada kalanya aku nggak mendapatkan solusi dengan menceritakan masalahku ke Ibu, tapi hal itu nggak membuat aku kapok untuk berbagi cerita denganmu, Ibu. Dan di saat aku lagi patah hati, ibu selalu menghiburku. Memberi kata-kata yang bisa menenangkanku, memberi semangat untuk segera move on dan say hello untuk menyambut cinta yang baru.
Ibu, engkau selalu ada untukku, dalam suka dan duka. Kau adalah pahlawanku. Kau adalah koki terhebat. Kau adalah supporter sekaligus motivator paling hebat. Kau adalah sahabat paling setia dan terhebat yang kupunya. Kau adalah ibu terhebat yang pernah ada di dunia ini. Terima kasih atas cinta dan segala kasih sayang, perhatian, pelajaran, nilai-nilai, dan semua-mua yang telah engkau berikan padaku, kau ajarkan padaku. You are my everything. Aku sangat sangat bersyukur mempunyai ibu sepertimu. Ibu, banyak hal lain yang tentunya masih dan akan selalu saya ingat. Tapi hanya satu hal yang aku ingin Ibu selalu ingat, cintamu yang terlalu besar membuatku tidak mungkin tidak mencintaimu lebih. Aku sangat mencintaimu, Ibu.
Salam sayang,