Jumat, 14 Desember 2012

Mereka Bilang...

di 12/14/2012 11:47:00 PM 1 komentar

Mereka bilang, menikah bukan hal yang mudah. Iya.

Mereka bilang, menikah tak cukup hanya bermodalkan cinta. Iya.

Mereka bilang, menikah harus siap lahir dan batin. Iya.

Mereka bilang, jangan menikah kalau hanya untuk mengisi hidup, dan bukan untuk hidup itu sendiri. Iya.

Mereka bilang, menikah hanya untuk sekali seumur hidup. Iya.

Mereka bilang, jangan menikah hanya semata2 karena harta (calon) pasanganmu. Iya.

Mereka bilang, menikah pun masih soal memahami. Iya.

Mereka bilang, jangan menikah dengan orang yang tidak benar-benar kamu cintai. Karena itu nyaris kebodohan. Iya.

Iya. Semua yang mereka bilang itu benar. Tidak ada yang salah.

***

"Cinta bisa datang belakangan," kata mereka. Iya, benar. Tak salah.
Cinta bisa datang belakangan; ketika kita bersedia untuk tidak menutup hati kita. Ketika kita bersedia untuk belajar mencintai pasangan kita. Ketika kita bersedia untuk menerima pasangan kita, yang sebelumnya tidak kita cintai.

Namun, cinta TAK bisa datang belakangan, ketika kita dari awal telah menutup pintu hati kita. Ketika kita benar-benar tak ada keinginan untuk belajar menerima. Ketika kita tak ada niat untuk (paling tidak) menyukai pasangan kita. Ketika tak ada sekali pun chemistry.

Iya, bagi saya chemistry itu hal yang paling penting dalam menjalin hubungan. Diperlukan pikiran yang tenang dan tak ada unsur paksaan sedikit pun yang muncul dari hati kecil kita ketika kita dengan tegas mengatakan; "IYA, SAYA TERTARIK!"

Ketertarikan itulah yang kemudian berubah menjadi suka. Kemudian perasaan sayang.

Siapa bilang dalam mencari pasangan hidup, kita tak boleh selektif? Nonsense!
Siapa pun punya hak untuk memilih, juga dipilih. Setiap manusia mempunyai kriteria masing-masing, pilihan masing-masing. Setiap orang punya standart sendiri-sendiri. Dan itu hak mereka.

Tuhan menciptakan makhlukNya berpasang-pasangan. Tugas kita adalah berusaha dan berdoa. Berusaha mencari pasangan, membuka hati kita untuk hati yang baru. Itu namanya usaha. Tetapi ketika segala usaha telah dilakukan dan hasilnya nihil, kita tak perlu putus asa. Tetap berdoa dan berdoa, meminta pertolonganNya. Saya yakin InsyaAllah Dia akan menjawab doa kita, di waktu yang tepat. Amin.

"Jodoh itu semacam gambling," kata salah satu teman saya. Iya, pendapat ini tak salah, ketika dihubungkan dengan tak pernah putus asa, tak menutup hati kita, dan mau mencobanya lagi. Lagi dan lagi. Istilah kerennya "move-on."

Saya pun begitu. Saya tak mau bersedih terlalu lama ketika saya putus dengan seseorang. Saya tak mau menutup hati terlalu lama ketika ada seseorang yang menawarkan hatinya untuk saya. Namun, bukan lantas saya menerima begitu saja hati mereka. Saya pun juga punya standart khusus, yang hanya hati saya sendiri yang tahu, juga Dia. Ketika hati saya merasa tidak sreg, tidak klik dengan "sepotong hati yang baru" itu (meminjam salah satu judul buku Tere Liye), maka saya pun tidak memberinya kesempatan untuk singgah di hati saya. Kenapa? Karena saya tidak mau menerima sepotong hati yang baru tersebut dengan perasaan terpaksa. Saya tidak mau memaksa hati saya, ketika hati saya dari awal ataupun pertengahan mengatakan tidak. Iya, kadang untuk mengatakan "tidak" itu butuh waktu.

Dan benar juga bahwa "tidak akan ada yang sempurna di dunia ini." Hanya saja, ketika chemistry itu ada dan hati kita klik atau sreg dengan sepotong hati yang baru tersebut, maka kita bisa belajar membuat ketidaksempurnaan itu menjadi sempurna, dengan cara kita sendiri. Dan dengan mengucap Bismillah, yakin bahwa sepotong hati yang baru tersebut memang sengaja dikirimkan Tuhan untuk kita.

Dicintai itu lebih baik daripada mencintai. Tapi akan lebih sempurna, jika kita bisa saling mencintai. Saling jatuh cinta. :')

*ceritanya lagi menggalau gitu. :'3

Selasa, 11 Desember 2012

Episode Rindu

di 12/11/2012 10:46:00 AM 0 komentar

Pagi yang selalu sama, senyummu Amee dimana-mana. Bahkan di secangkir kopi yang belum kusentuh. Ini rindu atau butuh.

Di luar hujan, Danie, aku melihatnya sebagai rindu yang kau hunjamkan ke dadaku--ke tubuh apiku.

Pun aku, Amee, tak pernah mampu mengingkari rindu yang kini menjelma menjadi hujan yang rebah, di dada yang resah.

Danie, kaulah hujan yang dijatuhkan langit ke dadaku, kemarau yang tabah menunggumu, sebagai apa saja yang meluruhkan kesedihanku.

Ah, Amee, kau paling bisa membuatku tersipu, hanyut dalam bulir rindu yang haru, mengguratkan senyum di bibir yang beku.

Hanyutkan jiwaku Danie, pada matamu yang telaga, pada dekapmu yang samudera, rindu ini kian gelora.

Dan merapatlah ke jantungku Amee, bisikkan padaku kabar tentang ingatan yang terperangkap, tentang angan yang tercekat.

Apalagi yang kau takuti Danie? Akulah hujan yang membingkai pelangi di matamu--mata yang lelah meneteskan bebulir rindu.

Kangen ini Danie, debar yang mengakrabi degup di jantungmu, detak puisi yang berdenyut di nadimu.

Maka, kunamai engkau Amee; lelaki hujanku--senantiasa membasahi ladang rinduku, dengan bulir-bulir pelukmu.

Lalu aku akan menulis namamu Amee, juga namaku pada angkasa, membentuk awan yang saling berkejaran.

Haruskah kau kunamai perempuan matahari, Danie? Agar setelah hujan rindu, kau melukis pelangi di jumantara hati.

Kini, tak ada lagi yang kutakutkan lagi Danie. Ketika nama-nama kita mengangkasa di jumantara cinta--menjadi suar bagi rindu yang lelah.

Terima kasih, Amee. Akan kusimpan baik-baik setiap episode rindu milikku, juga milikmu, pada sepetak hati yang selalu basah--oleh bulir-bulir rindu kita.

* duet twit sajak berbalas dengan @dek_amee. :')

Rabu, 03 Oktober 2012

Tulisan Kecil Untukmu

di 10/03/2012 12:58:00 AM 0 komentar


Hidup itu lucu.

Hidup itu (kadang) aneh.

Hidup itu indah.

Apa saja bisa terjadi, tanpa pernah kita duga.

Siapa sangka aku dan kamu, kini menjadi kita (?) :’)

Kita yang dulu dipermainkan oleh waktu, juga rasa.

Aku tak pernah menyangka sebelumnya, bahwa ternyata kamulah rumahku.

Kamulah rumah yang selama ini  kucari. Iya, aku telah menemukan rumah untuk hatiku: kamu.

Aku tak pernah menyadari bahwa kamu, yang selama ini berkeliaran di depan mataku, justru adalah rumah itu.

Rumah itu kamu. Pulang itu  kamu.

Dan aku bukan hanya ingin singgah, namun selamanya ingin tinggal di hatimu yang rumah.

Teruntuk kamu, yang membuatku hanyut oleh sorot matamu,

Teruntuk kamu, yang suka berlari-lari di pikiranku,

Teruntuk kamu, yang kerapkali tanpa sengaja bisa membaca pikiranku,

Teruntuk kamu, yang selalu membuatku lupa membedakan rasa; rindu atau butuh

Teruntuk kamu yang selalu membuatku tersenyum;

Jangan pernah kehabisan rasa untukku..

I do love you...

Xoxo



Selasa, 02 Oktober 2012

Kecil Tapi Manis

di 10/02/2012 11:29:00 PM 0 komentar



Aneh adalah ketika kamu berada di tempat yang lama tidak kamu kunjungi, dan sekalinya kamu kembali pergi ke sana, tiba-tiba kamu teringat padanya atau seseorang yang bahkan belum pernah kamu kenal yang muncul begitu saja dalam otakmu, seorang lelaki impian yang kelak menjadi pasanganmu, mungkin. Padahal kamu belum pernah pergi ke tempat itu bersamanya. Kemudian kamu membayangkan hal-hal kecil yang kadang sepele, namun begitu manis.

Ketika kamu melihat keluarga kecil sedang menghabiskan waktu bersama di sebuah tempat wisata--kolam renang, misalnya. Kamu melihat mereka bersenda gurau, bermain air, makan bersama, melihat senyum mereka...bahagia. Ada rasa keinginan, yang lebih tepat dinamakan iri, yang tiba-tiba muncul begitu saja dalam hatimu. Dalam pikiranmu.

Dan lantas kamu membayangkan, kelak bisa seperti keluarga kecil itu. Bersama pasangan yang kamu cintai--dia dan anak kamu, suatu saat nanti. Pergi piknik bersama. Ke pantai. Kamu duduk di bawah pohon yang rindang, dengan beralaskan tikar atau kain persegi lebar, dengan bekal yang khusus kamu siapkan dari pagi. Memasak makanan dan membawa beberapa snack dan minuman untuk dimakan bersama nanti, di bawah pohon rindang itu. Kamu duduk santai dengan mendengarkan musik di headset kamu, sambil membaca buku favoritmu, dan sesekali memandangi suami dan anakmu dari kejauhan yang sibuk bermain pasir di pantai, melambaikan tangan dan tersenyum kepada mereka.

Atau di sore hari, di beranda rumah, kamu dan pasanganmu menghabiskan waktu dengan menikmati teh manis hangat atau secangkir kopi, saat senja menuangkan semburat jingganya. Berbincang dan tertawa bersama.

Atau mungkin, di hari libur, kamu bangun pagi-pagi, mengecup keningnya dan mengajaknya olah raga pagi bersama. Sekedar untuk membuat otot-otot kita kembali rileks, setelah enam hari penuh kamu dan pasanganmu disibukkan kegiatan yang (mungkin) membosankan dan menguras tenaga dan pikiran kalian. Siang harinya kalian bisa menonton film bersama, tak perlu pergi ke bioskop. Kalian bisa menonton DVD di rumah, menonton film komedi yang membuat kalian santai dan tertawa, sambil memakan makanan kecil yang kamu buat. Kamu duduk santai di sofa bersamanya, dan tangan lelakimu memelukmu.

Atau mungkin juga, kalian memasak bersama. Iya, memasak bersamamu—adalah hal yang paling romantis yang pernah kubayangkan. Belanja kemudian memasaknya bersamamu. Sangat manis, bukan?

Ah, saya terlalu banyak berkhayal, mungkin. Membayangkan hal-hal kecil tapi begitu manis untuk saya bayangkan :') Tapi, suatu saat saya ingin menjadikannya nyata. Saya akan sesering mungkin menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu di sela-sela rutinitas kami yang sangat sibuk itu dengan melakukan kegiatan-kegiatan bersama. Apa pun itu, kapan pun itu. Dengan siapa? Tentu saja, dengan pasangan saya—suami saya, kelak. Dan saya tidak pernah tahu siapa dia. Seperti apa dia. Bagaimana sifat dan karakternya, rupanya, pekerjaannya, asal, dan lain-lain. Bukankah hanya Dia yang tahu tentang semua itu? Mungkin saja bisa kamu, kamu, dia, atau kamu? Who knows? ;)





                                                        

Rabu, 12 September 2012

Aku Membayangkan....

di 9/12/2012 08:19:00 PM 0 komentar

Aku membayangkan, kelak, saat aku membuka mata di pagi hari, adalah senyummu yang  pertama kali kulihat.

Aku membayangkan, kelak, aku bisa menyiapkan sarapan untukmu, dan atau sebaliknya, dan kita menikmati sarapan bersama.

Aku membayangkan, kelak, di sela-sela kesibukanku dan kesibukanmu, kita bisa menyempatkan waktu untuk anak-anak kita; mengajaknya berkenalan dengan alam atau sekedar mengajarinya menggambar.

Aku membayangkan, kelak, kamu dan aku duduk berdua di beranda rumah, menikmati senja dengan semburat jingganya, dengan secangkir teh atau kopi, menikmati setiap bait perbincangan, dan kita tertawa bersama

Aku membayangkan, kelak, aku menunggumu pulang kerja dan menyambutmu dengan senyum hangat, memberimu semangat di harimu yang penat.

Aku membayangkan, kelak, aku bisa menemanimu menonton klub bola kesayanganmu bertanding, menyiapkan camilan kecil.

Aku membayangkan, kelak, aku dan kamu bisa piknik bersama, duduk di bawah pohon rindang, sambil membaca buku dan atau mendengarkan musik bersama.

Aku membayangkan, kelak, kita bisa mendidik anak-anak kita dengan disiplin, tanggung jawab, dan tetap tidak melupakan ajaran-ajaranNya, seperti yang kau inginkan.

Aku membayangkan, kelak, aku bisa menjadi istri dan juga ibu yang baik untukmu dan keluarga kecil kita.

Iya, impianku memang sangat standart. Tapi, aku membayangkan khayalan-khayalan kecilku menjadi kenyataan :’)

Kamis, 09 Agustus 2012

Kangen Itu...

di 8/09/2012 12:59:00 AM 0 komentar




“Ada rindu diam-diam, tersimpan di langit kelam. Kelak, bulan akan menyampaikannya padamu, lewat pendar cahaya kunang-kunang.” ~Dan’s

Kangen adalah ketika di dalam otakku muncul satu per satu kepingan-kepingan ingatan yang tercecer, kemudian membentuk satu kepingan utuh; bayanganmu.

Kangen adalah ketika tawa mampu menyembunyikan luka, saat sepi menyerang tiba-tiba, dan ternyata hanya bayanganmu yang muncul di depan mata.

Kangen adalah ketika kepalaku terasa berputar-putar, mual, namun aku masih bisa melihat senyummu di sana.

Kangen adalah ketika aku sedang berada di  dalam keramaian, namun aku tetap merasa asing, seolah-olah hatiku tidak berada di sini, tapi pergi ke tempat yang entah.

Kangen adalah ketika malam semakin tua, namun mataku tetap tak bisa terpejam, mengajak pikiranku singgah ke dalam ingatan-ingatan; kamu.

Kangen itu...  lucu; kadang, bisa membuat orang tersenyum bahagia, atau justru malah sebaliknya.

Kangen itu... aneh;  ketika  tanpa sengaja ada moment yang membuat kita merasa pernah mengalaminya. Seperti de javu.

Kangen itu... ajaib! Dia bisa menjelma apa saja, tanpa pernah kita duga, tanpa pernah kita mau. Tahu-tahu begitu. :)

Kangen itu... kamu. Iya, kamu.  Dan aku selalu melihat senja di matamu yang sayu, tak pernah tak membuatku rindu.

Dan malam ini  menebarkan banyak rasa; tentang mimpi yang sepi, tentang rindu yang seringkali diingkari. Namun kali ini, aku tak mau mengingkarinya.  Jika memang sedang rindu, aku akan mengingatmu. Karena rindu, tak selalu jadi candu, karena rindu, tak pernah mengenal waktu.

Selamat malam, kamu... :)


Senin, 06 Agustus 2012

Ruang Rindu

di 8/06/2012 10:48:00 PM 0 komentar


Maret 2012

Di siang yang pijar, aku duduk terdiam di sebuah kursi peron ini. Lagi. Kursi yang terbuat dari besi, berwarna putih, yang letaknya tepat di sebelah anak tangga. Di kursi peron ini, aku menunggu keretaku datang. Tiba-tiba, kilometer jarak menghampiriku dan mengajakku kembali ke masa itu---seperti de javu, dua tahun yang lalu. Masa yang seharusnya telah hilang dari ingatanku. Masa yang seharusnya sudah kalah tergerus arus waktu.
Di stasiun inilah, kenangan manis sempat terukir. Namun di stasiun ini pula, aku merasakan perih, tiap kali aku menginjakkan kaki kembali di kota ini---Malang.
Aku termasuk orang yang mempunyai sifat pelupa. Tetapi aku masih ingat, satu per satu kisah yang tersusun dalam puzzle cerita di stasiun ini. Cerita tentang aku dan kamu—dulu, saat menjadi kita. Kita yang kala itu sangat membenci jarak---yang menjadi musuh kita. Kita yang masih saling berbagi rindu.
Aku sempat berpikir, seandainya tak ada jarak, mungkin kita masih bisa saling menguatkan. Mungkin, kita masih bisa menikmati setiap inchi jejak-jejak rindu yang hadir. Dan mungkin, luka itu tidak akan pernah ada. Mungkin.
“Udahlah Fir, waktu yang akan menyembuhkan segala luka. Kamu nggak usah terus-terusan naif kayak gini. Percaya deh,” nasehat sahabatku di suatu senja.
Aku hanya bisa tersenyum dan mencoba memahaminya. Dalam hati, ada semacam keinginan untuk mempercayai kata-kata itu. Aku ingin menjadikannya doktrin atau semacam jargon penyemangat untuk kusimpan di otak sekaligus di hatiku. Namun tanpa disadari, kadang justru waktulah yang mampu menguak luka lama itu. Waktulah yang terus saja menggangguku dengan memunculkan ingatan-ingatan yang tak pernah ingin aku ingat. Dan mungkin, kadang waktu jugalah yang kadang membuatku menjadi sangat naif.
***
Februari 2010

Sekitar pukul 13.40 WIB aku sampai di stasiun Malang Kota Baru. Aku duduk di kursi peron; menunggumu. Dan tentu saja aku tahu, butuh waktu yang tidak sebentar untuk menunggumu kali ini.
Entah sesering apa aku melirik jam di tangan kiriku, menatapnya dengan cemas. Entah sudah berapa kali juga aku mengecek layar ponselku, mencoba menghubungimu dan mengirimkan beberapa pesan singkat. Aku mulai bosan.
Hari semakin sore. Udara dingin perlahan menyeruak masuk menusuk kulit dan menembus sweater hitam yang kupakai. Namun, tanda-tanda kedatanganmu belum juga tampak.
Pip pipp... ponselku berdering, mengirimkan pesan masuk. Aku segera membacanya.
“Tadi hujan dan Mas terjebak macet. Ini masih on the way. Adek gapapa kan? Makan dulu gih, biar nggak masuk angin.” Segera kubalas pesan singkat itu, mengatakan kalau aku baik-baik saja.
Jarak Surabaya – Malang memang tidak terlalu jauh, namun apapun yang tidak terduga bisa saja terjadi di sebuah perjalanan, bukan? Aku mendesah pelan, “semoga dia segera  datang dan selamat sampai tujuan,” batinku.
Aku ingat, kita sempat bertengkar kecil saat itu—sebelum rencana pertemuan kita. Kita sempat tidak berbicara dan berhenti saling menghubungi satu sama lain. Kita yang terpisah jarak dan waktu. Namun entah bagaimana, akhirnya kita sama-sama mengalah. Kita---mungkin, mempunyai hasrat yang sama untuk tetap saling merindu hingga akhirnya ingin bertemu. Aku dan kamu akhirnya  menyempatkan waktu untuk bertemu di tengah kesibukan kita masing-masing.
Senja akan segera menjemput malam, dan aku masih di stasiun ini. Masih menunggumu. Tak kuhiraukan lagi pegawai PJKA yang menatapku penuh tanda tanya, yang sedari tadi tidak juga beranjak dari kursi peron, padahal kereta terus datang dan pergi. Aku mengawasi sekelilingku dan menyadari bahwa ternyata hanya ada beberapa orang di sana, termasuk aku. Stasiun menjadi sangat sepi jika tidak ada jadwal keberangkatan kereta. Hawa dingin semakin membuatku menggigil diantara kebosanan dan sepi.
Selama kurang lebih tiga jam aku menunggumu, waktu terlama dalam hidupku untuk menunggu seseorang. Jengah, lelah, hingga ingin marah, sebelum akhirnya aku mendengar suaramu yang meneleponku, mengabarkan bahwa kamu telah sampai. Perasaan lega, haru, dan senang bercampur jadi satu. Akhirnya aku dan kamu dipertemukan kembali, di stasiun ini. Aku menamakannya ruang rindu, ruang aku dan kamu bertemu.
***
Perpisahan; adalah salah satu moment yang paling kubenci. Di dalamnya selalu ada air mata, perasaan haru, serta kehilangan. Iya, aku dan kamu akan terpisah lagi. Kita kembali di ruang ini—stasiun ini. Tanganmu meraih tanganku, memelukku, dan kemudian kamu mengecup keningku. Tak terasa, sudut mataku telah basah.
Satu minggu pertama, dua minggu, satu bulan, dua bulan... tanpa sadar aku jadi rajin menghitung waktu. Barangkali, jarak mempunyai hak untuk menjauhkan. Menjauhkan aku darimu, pun sebaliknya. Jarak menjauhkan kita. Dari selalu, menjadi sering, kemudian jarang, hingga tidak pernah sama sekali. Kita hanya berhenti saling bicara. Iya, kamu tidak pernah lagi mengirimkan kabar untukku. Kamu menghilang. Aku kehilangan.
***
Maret 2012

Aku masih duduk terdiam di sini---di stasiun Malang Kota Baru, menunggu kereta datang.
“Sayang, kamu udah nunggu lama ya? Sori nih telat. Keretanya belum datang kan?” tiba-tiba muncul suara yang mengagetkanku dan segera membuyarkan lamunanku. Aku menatapnya sejenak, menggeleng, kemudian tersenyum padanya.
“Ah, syukurlah.”
Terdengar dia menghela napas pelan. Aku segera menggeserkan badanku, memberinya ruang untuk duduk di sampingku. Kulihat dia merogoh isi tasnya, dan mengeluarkan sesuatu.
“Oh iya, nih buat kamu,” katanya seraya menyodorkan dua batang cokelat kesukaanku. Bola mataku tampak membesar. Girang. Aku tersenyum lagi padanya, kali ini lebih lebar.
“Makasih ya, Sayang,” jawabku sambil berkeling manja padanya--- lelakiku; Bisma. Lelaki yang telah menikahiku dua bulan yang lalu. Dan kali ini, aku kembali berada di ruang rindu ini, tidak lagi sendiri---berdua. Kini, aku telah berdamai dengan waktu dan hatiku. Mencoba mengikhlaskan masa lalu dan melupakan segala tentangmu. Membuang ruang rindu aku dan kamu; dulu. Kini; tidak ada salam perpisahan, tidak ada pelukan selamat tinggal, dan tidak ada isak tangisan seperti dulu; hanya ada senyuman.*

*ditulis untuk project #Ruang 

Rabu, 27 Juni 2012

Karena semua Butuh Waktu, Juga Proses

di 6/27/2012 02:36:00 AM 0 komentar


Yuhuu, haluu... saya mau cerita dikit-dikit nih..:) Cerita tentang banyaknya penipuan yang berkedok lowongan kerja--dan lain-lain plus sih, heuheu.. :) Mungkin cerita saya ini basi, mengingat sudah dari jaman dulu banyak penipuan semacam ini. Ya, intinya, kita memang harus waspada *yaiyalah*


Jadi ceritanya, saya beberapa kali sempat lihat iklan lowongan kerja yang dipasang di jalan (sambil lalu aja sih ngelihatnya), sampe tadi siang, saya lihat dan baca sendiri. Intinya isinya seperti ini:


Lowongan kerja
Dibutuhkan segera HRD, Admin, Gudang, Receptionis dll
Penempatan Jember, Banyuwangi, dan sekitarnya.
Hubungi pak Ikbal 085745581xxx



Saya penasaran, terus iseng aja kirim sms ke nomer tersebut dengan mencantumkan data seadanya sesuai permintaan iklan tersebut. Dan yak, nomer tersebut langsung membalas dan bilang: "untuk Anda, langsung kerja tanpa tes, diterima untuk posisi staf kantor (adm, spv, acc)/ staff gudang dengan penghasilan 1,8 - 3 jt/bulan. Disuruh bawa surat lamaran ditujukan ke pak Ikbal, selaku supervisor baru, di Jl. Slamet Riyadi no. 119, Baratan Patrang - Jember. di sms tersebut, disebutkan perusahaannya bernama PT. Mitra Utama Global. Di akhir smsnya, dia bilang datang atau nggak mereka minta dibalas smsnya, semacam konfirmasi gitu lah..

Ya secara otomatis, ada aroma-aroma mencurigakan kan pastinya (?) Emangnya ada gitu hari gini cari kerja segampang itu;  nggak pake tes, langsung kerja--impossible banget lah -__- iya nggak sih (?)
Kemudian saya gugling aja nama perusahaan itu, dan ternyata hasilnya banyak banget yang bilang itu semacam perusahaan abal-abal, banyak yang mengaku kena tipu. Ternyata PT. MUG ini sudah terkenal...penipuannya, haha!


Ini beberapa link yang menceritakan tentang pengalamannya dengan PT. MUG ini: 
http://kaskus-forum.blogspot.com/2012/05/hati-hati-penipuan-pt-mitra-utama.html
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/06/03/pt-mitra-utama-global-penipu-semakin-gencar-beriklan/
http://www.klikunic.com/2011/07/waspada-penipuan-pt-mitra-utama-global.html
http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=14493397
dan mungkin masih banyak lagi sih, kalau mau searching lagi artikel yang lain yang serupa.
***
"Mencari pekerjaan itu hampir mirip dengan pasangan--jodoh." ~ Dan's

Iya, menurut saya mencari pekerjaan memang seperti jodoh, sebanyak apapun usaha yang kita lakukan demi mendapatkan pekerjaan, tapi kalau memang belum waktunya dan kalau belum berjodoh, maka nggak bakalan dapet. Dan, tetap waktulah yang menjawab semuanya, dan semuanya hanya ada di tanganNya. Kita  hanya bisa berikhtiar; berusaha dan berdoa, tapi semua keputusan ada  di tangan Tuhan. Dia-lah yang Maha Berkehendak.


"Hidup adalah sebuah proses, dan (yang akan) selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan."

Setiap manusia memiliki proses hidup yang berbeda-beda di setiap potongan puzzle kehidupannya. Dan proses tersebut masing-masing juga berbeda bentuk atau caranya. Ada yang mengalami prosesnya terlalu cepat, sedang, ataupun agak sedikit lambat. Mungkin, sama seperti penyakit cacar air, yang konon katanya setiap orang akan mengalaminya--ada yang pas masih kecil, remaja, ataupun malah yang telah dewasa.


Saya ingat, saya pernah ngomong suatu waktu; "kok baru sekarang sih saya mendalami hobby anu, padahal kalau saya mau, saya bisa aja lebih mempelajarinya dari dulu." kepada seorang teman. dan pernyataan semacam ini juga sering saya dengar dari beberapa orang di sekitar saya, "kenapa nggak dari dulu-dulu  saya ini itu (?)" "kenapa nggak dari kemarin-kemarin saya begini begitu(?)" dan pernyatan-pernyataan lain yang tekesan "menyesal" dengan apa yang baru saja mereka alami--yang mungkin barangkali itu baik atau malah buruk bagi dirinya. Dan ketika saya begitu, teman saya @tikkaka memberi jawaban yang lantas kemudian membuat saya berpikir dan menyadari akan sesuatu. Dia bilang; "berarti memang waktunya Mbak Danie sekarang, bukan kemarin, dulu, atau besok, tapi ya sekarang ini." Saya diam, memasukkan perkataan itu ke dalam hati dan... ya, memang waktunya saya ya sekarang,--saat ini. Tuhan Maha Tahu kapan waktu yang baik dan tepat untuk kita--dalam segala hal, apapun itu. Semua sudah ditulis di petaNya. Dia juga bercerita  bahwa dia juga pernah mengalami hal yang serupa. Semua orang pasti akan mengalami fase-fase kehidupannya sendiri-sendiri, dengan bentuk, cara, serta waktu yang berbeda-beda.


Hidup juga tak akan pernah lepas dengan pilihan-pilihan yang seringkali mengharuskan kita untuk memilih salah satu--yang akan kita jadikan prioritas.

Suatu waktu, seseorang dari masa lalu muncul dan menanyakan kabar saya--yang sempat vakum bekerja karena luka kecelakaan, dan baru mulai berjuang lagi untuk mencari pekerjaan setelah sembuh. Saya bilang, kalau saya baru saja mundur dari tes kerja yang sebenarnya meluluskan saya ke tahap tes selanjutnya. Dan  tanpa menanyakan alasan kenapa saya memilih untuk mundur dan tidak mengambil kesempatan itu, dia yang seolah-olah tahu segalanya tentang saya bilang; katanya saya terlalu pilih-pilih sama pekerjaan. Saya cuma tersenyum dan memilih untuk tidak melanjutkan cerita saya lagi.  Bukankah memang hidup selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan (?) Dan setiap pilihan itu, pasti ada tolak ukur baik atau buruk, untung atau rugi, serta mana yang lebih jadi prioritas dalam hidup kita. Akan selalu ada alasan di setiap kita mengambil keputusan dalam suatu pilihan--apapun itu. Dan mungkin hanya kita sendiri yang tahu alasan itu--juga Tuhan.


Kita sebagai manusia--makhluk yang sempurna, pasti diberi akal, pikiran, serta rasa, jadi pasti tahu batas-batasnya--batas kewajaran dalam memilih sesuatu. Jadi, apapun pilihan itu, yakinlah Allah akan menunjukkan jalan yang terbaik bagi setiap umatNya. Karena semua butuh waktu, juga proses. Dan karena semua akan indah pada waktunya. Amin!

Dan kembali pada topik awal *iyes, ini bahasannya terlalu melenceng, hehee, maaf :D * bahwa selain berikhtiar kita juga harus tetap semangat dan tetap waspada. Jangan sampai terjebak dalam lowongan kerja abal-abal. Semoga orang-orang yang menipu sesama akan mendapat balasannya. Amin.. :')


Keep fighting!! (^o^)9

Rabu, 20 Juni 2012

Genggaman Tangan

di 6/20/2012 03:07:00 AM 0 komentar

Libur sekolah telah tiba. Sungguh senang bukan main rasanya. Apalagi liburan kali ini aku mempunyai seseorang yang sangat istimewa. Seseorang yang dari dulu kusukai dan jarang kutemui, kini hampir tiap saat  bisa bertemu. Setiap hari aku bisa menatap mata indahnya. Setiap hari aku bisa bermanja-manja dengannya. 

Aku senyum-senyum sendiri sepanjang perjalanan pulang, di hari terakhir sebelum libur sekolah. Tidak kuhiraukan tatapan beberapa temanku yang penuh tanda tanya dan ikut tersenyum melihatku.

“Kamu kenapa sih, dari tadi kok senyum-senyum sendiri?” akhirnya salah satu temanku tidak bisa menahan rasa penasarannya.

“Hehehe...rahasia dong,” jawabku terkekeh yang membuat mereka semakin penasaran. Aku tertawa puas. 
***
Aku sengaja bangun pagi, karena hari ini aku akan berangkat ke Tawangmangu---tempat tujuan liburanku bersamanya. Sudah sejak lama aku ingin pergi ke Tawangmangu, ke air terjunnya, yang konon sudah ada sejak masa kolonial Belanda.

Setelah sampai di sana, aku segera membeli tiket masuk dan mulai menuruni anak tangga yang banyak menuju ke tempat air terjun---sekitar 200an anak tangga. Sepanjang perjalanan menuju air terjun, aku tidak melepaskan genggaman tanganku darinya. Sepanjang perjalanan pula, aku tidak berhenti berceloteh, bercerita apa saja, meskipun yang kuajak bicara hanya sesekali menjawab.

“Ma, itu pohon apa?” tanyaku yang selalu ingin tahu.

“Itu namanya pohon Saman, Sayang.”

Iya, kali ini aku pergi berlibur bersama Papa dan Mama baruku---Mama Kiran. Seorang perempuan yang belum lama ini dinikahi Papa. Seorang perempuan yang namanya hampir sama denganku, dan aku langsung jatuh cinta padanya sejak Papa mengenalkannya padaku. Dia adalah seorang ibu yang telah lama kuidam-idamkan. Seorang ibu, yang akan selalu mau mendengar ceritaku. Seorang ibu, yang mau menganggapku anak kandungnya sendiri.

Dan ini adalah liburan pertamaku ke Tawangmangu, yang tidak hanya kunikmati bersama Papa, tapi juga bersama Mama. Mereka adalah dua orang yang sangat kusukai dan sangat istimewa dalam hidupku. Aku tidak akan melupakan perasaan ini---ketika tangan kami saling  bergenggaman---hangat.

Sambil makan, aku melihat keindahan alam yang sangat indah; air terjun setinggi sekitar 80 meter yang memancarkan airnya tanpa henti, juga pohon-pohon besar berwarna hijau segar. Rasa capek langsung hilang saat aku melihat kedua orang yang paling kusayangi tertawa bahagia.

Iya, hidup ini memang indah jika kita selalu mensyukurinya.*

Ditulis untuk #15HariNgeblogFF2
Day: 9

RAMAI

di 6/20/2012 01:36:00 AM 0 komentar

“Tolong, beri aku waktu!” ucapku di antara isak tangisku. Lelaki di depanku ini akhirnya mau sedikit merenggangkan tangannya, kemudian menunduk lesu. Aku segera beranjak pergi meninggalkanmu. Aku tidak ingin tangisku semakin menjadi-jadi di depanmu. Aku tidak ingin tampak seperti perempuan lemah yang tidak percaya diri, meski pada kenyatannya saat ini aku sedang mengalaminya.

Adalah Dhimas---lelaki masa laluku, yang sejak lima bulan terakhir ini kembali mengisi hari-hariku yang kulalui dengan penuh kegembiraan.  Kamu, yang dulu menghilang kini datang kembali, menawarkan seikat mimpi tentang masa depan. Rasanya seperti mimpi, bisa kembali dekat dan menghabiskan waktu bersama denganmu.
***
“Kamu di mana? Jangan membuatku cemas.” Entah itu SMS ke-berapa kali yang kuterima darimu, yang masih membuatku enggan untuk menjawabnya. Aku menghela nafas dan kembali melangkahkan kakiku di sepanjang Malioboro, tanpa tujuan. Sesekali berhenti dan melihat-lihat barang khas Jogja yang dijajakan di sepanjang jalan Malioboro ini. Suasana ramai selalu menghinggapi kawasan ini. Tak pernah sepi pengunjung, meskipun bukan hari libur. Dan aku menikmati keramaian ini untuk menutupi hatiku yang seringkali dihinggapi sepi yang entah.

Hampir dua minggu ini aku sengaja menghilang darimu, mengabaikan panggilan telepon atau pesan singkatmu. Aku kaget dan tidak bisa berpikir jernih saat tiba-tiba kamu memintaku untuk menjadi ibu baru untuk putri semata wayangmu. Kinar---gadis kecil yang langsung kusukai sejak pertama kali kamu mengenalkannya padaku. Gadis yang namanya hampir mirip denganku.Harusnya aku senang dengan lamaranmu, tapi entah kenapa, tiba-tiba perasaan ragu dan tidak percaya diri datang padaku. 

Aku duduk di pinggir jalan Malioboro, mengedarkan pandanganku ke segala arah, dengan pandangan kosong. Aku menghela nafas dan meneguk minumanku.

“Kiran...” Aku hampir tersedak saat tiba-tiba ada tangan menepuk bahuku dan memanggil namaku. Aku segera menoleh ke arah suara itu berasal. Mataku tak berkedip, tak percaya.

“Dhimas..kamu?” ucapku terbata-bata.

“Ahirnya ketemu juga. Aku mencarimu kemana-mana. Aku ingat, kamu pernah bercerita tentang Malioboro yang menjadi tempat favoritmu, makanya aku mencarimu di sini.” Katamu sambil mendekapku erat.

“Kamu jangan ngilang lagi, ya... Aku dan Kinar sayang banget sama kamu, Kiran.”

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Hanya perasaan haru yang hinggap memenuhi pikiranku. Ternyata hati kecilku tidak bisa berbohong. Aku benar-benar masih mencintai lelaki ini, juga Kinar---gadis kecil yang mungkin memang ditakdirkan untukku yang tidak bisa memiliki keturunan, sejak rahimku diangkat setahun lalu akibat kecelakaan yang menimpaku. Dan Dhimas, tidak peduli dengan keadaanku yang tidak sempurna ini. Dia mencintaiku apa adanya. Dia menjadikanku sempurna atas ketidaksempurnaanku dengan menghadiahkan Kinar menjadi putriku.

Aku mengusap air mataku, tersenyum dan mengangguk pelan.

Seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan di dalam perutku---ramai, seperti Malioboro yang juga ramai sore ini.*

Ditulis untuk #15HariNgeblogFF2
Day: 8

Sabtu, 16 Juni 2012

Sepanjang Jalan Braga

di 6/16/2012 03:56:00 PM 0 komentar

Sore ini kuputuskan untuk menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sekitar Jalan Braga—salah satu tempat favoritku. Di kawasan ini hampir tak pernah sepi pengunjung, selalu ramai hampir 24 jam, all day long. Banyak gedung-gedung tua peninggalan Belanda yang berjejer megah, dengan arsitekturnya yang selalu berhasil menghipnotis mataku, membuatku berdecak kagum. Selain itu, hal yang membuatku senang jika jalan-jalan di kawasan ini adalah aku bisa memanjakan perutku dengan jajanan khas Bandung.

Setelah beberapa saat berjalan, aku memilih untuk duduk di sebuah kursi dan menikmati beberapa jajanan yang tadi sempat kubeli. Kuedarkan pandanganku, mengamati orang-orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan ini. Tampak segerombolan anak muda yang sibuk mengarahkan knop lensa kameranya, membidik segala macam obyek yang menarik, beberapa pasangan yang berjalan berpegangan tangan, juga anak-anak kecil yang berlarian. Semua terlihat bahagia.

Entah bagaimana, tiba-tiba sekelebat bayanganmu muncul begitu saja dalam ingatanku. Rasa perih sekaligus rindu, kompak memenuhi pikiranku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, mencoba mengusir kamu dari dalam otakku. Iya, kamu harus segera enyah dari ingatanku. Tapi kamu tahu kan, rindu bisa saja muncul sewaktu-waktu tanpa pernah kita mau. Semakin aku memaksa untuk mengusirmu, semakin kerap kamu datang menghampiriku.

Aku mengutuk diriku sendiri. Bagaimana mungkin aku begitu mudah terperdaya kata-kata manismu. Bagaimana mungkin aku begitu saja jatuh cinta padamu. Sampai sebelum akhirnya, seorang perempuan muda berparas manis tiba-tiba menghubungiku dan ingin bertemu denganku. Dia mengaku bahwa dia adalah istrimu. Aku terkejut bukan main, kepalaku berat, dan tiba-tiba segalanya terasa gelap. Kamu tahu, kini aku benar-benar membencimu!!

Aku menghela nafas panjang. Kuteguk pelan teh botolku. Aku mengedarkan pandanganku lagi, mencoba mengusir lamunanku. Tanpa sengaja mataku menangkap bayangan yang tak asing bagiku, sosok yang begitu kukenal. Iya, itu kamu!

Satu detik, dua detik, tiga detik, mataku tak berkedip, aku terpaku menatapmu. Jantungku berdegup kencang. Kucoba mengatur nafasku yang mulai tak beraturan. Aku menggeser dudukku, berusaha agar tak tertangkap matamu. Aku memandangimu dari jauh, diam-diam.

Sesaat sebelum aku akan beranjak berdiri, perempuan yang menemuiku saat itu muncul dari  ballik punggungmu, mengurungkan niatku untuk membuat perhitungan denganmu, dan mungkin akan mendampratmu habis-habisan. Iya, setelah kejadian waktu itu, kamu seperti hilang ditelan bumi, menghilang begitu saja tanpa pernah meminta maaf padaku.

“Ayah, aku mau mainan itu,” tiba-tiba terdengar suara anak kecil merengek manja dan menarik-narik celanamu. Kamu menoleh ke arah suara itu, tersenyum dan merengkuh anak kecil itu dan menggendongnya di pelukanmu---seorang gadis kecil berusia sekitar dua tahun dengan baju berwarna pink dan rambut yang dikuncir lucu. Lalu, perempuan disampingmu ikut tersenyum dan mengecup gadis kecil itu. Aku melihat kalian bertiga tertawa. Tampak bahagia.

Tanpa sadar bulir kecil menetes dari sudut mataku. Bagaimana mungkin aku tega merusak kebahagiaan yang kulihat sekarang ini. Aku segera menyeka air mataku. Tiba-tiba perasaan  lega muncul dalam hatiku. Perasaan yang aku yakin, kelak akan mengobati lukaku. Dan senyum itu---senyum yang tak pernah kulihat sebelumnya, biarkan tetap seperti itu.

Aku beranjak dari kursiku, melanjutkan acaraku menikmati sore hingga menjelang malam di sepanjang jalan Braga---dengan senyuman.*

Ditulis untuk #15HariNgeblogFF2
Day: 5

Kamis, 14 Juni 2012

Namaku dan Namamu

di 6/14/2012 12:25:00 AM 0 komentar
Cinta adalah aku dan kamu, menuliskan nama kita pada angkasa. Namaku akan menjadi angin, dan namamu adalah awan-awannya. Mereka akan saling berkejaran, membentuk gumpalan-gumpalan mendung. Kadang bergemuruh gelora, kadang tenang melayang. Lalu nama kita akan menjadi hujan, menumbuhkan harapan-harapan. Membentuk sungai-sungai yang mengalir bersama menuju laut dan berlabuh di sana selamanya. Sepanjang waktu nama kita akan berdebur berdenyar, mengusik ikan-ikan hingga bingung dan tergugu biru.. *zy

Senin, 28 Mei 2012

Just Capture It!

di 5/28/2012 04:40:00 PM 0 komentar
Ehm... jadi ceritanya nih, saya lagi seneng main instagram gituuh. Biasanya kan saya yang sukanya difoto, jadi modelnya gitu *halah* tapi kali ini lebih suka jadi tukang fotonya.. yah, sayangnya cuman pake hape, belom punya duit sih buat beli kamera yang itu tuhh *tunjuk-tunjuk kamera DSLR* -__- Tapi gapapa deh, yang penting udah pernah nyobain motret pake kamera yang wuih itu, punya temen sih ( ._.) Mhihiii norak banget yak saya. Aaakk... ~~(/o)/


Dan yak, saya pengen post beberapa fotonya. Ini dia... *jengjeng* \o/


The rainbow

Andhong #jogja


I'm just a little cloud


Jl. W.R Supratman di siang yang terik #Malang


 Behind the umbrella


 Ini senjaku, bagaimana senjamu?


 The bridge on the river


Bangku kosong #watudodolBeach


a little cloud and tree

Morning sky #jogja

Udah ah, itu aja. mhihii... :)) Oiya, jadi nih ya, menurut saya pribadi, sebenernya setiap foto (apapun) itu ada ceritanya loh.. dan saya  percaya itu. Setiap benda, setiap moment, atau apapun itu bisa diabadikan lewat foto. Dan... kalaupun memang foto yang kita buat nggak ada ceritanyanya sama sekali, foto narsis misalnya (saya dulu suka gitu, mhihihii) yah paling nggak pasti ada lah sesuatu yang membuat kita termotivasi untuk memotret. Seperti misalnya, pas abis bangun tidur, trus ngaca, eh lha kok kitanya keliatan cakep, daripada waktu-waktu lainnya, terus photo-photo deh... :D Nah, hal-hal kecil yang kadang absurd seperti itu bisa juga toh jadi cerita di balik sebuah foto (?) yah, meskipun sedikit maksa it's oke lah hahaha.. So, just capture it!! \('o')/ 

Sabtu, 26 Mei 2012

Luka dan Waktu

di 5/26/2012 04:06:00 PM 0 komentar


Pernah nggak, pas kita lagi beberes, tiba-tiba nemuin buku harian kita dulu... dan membacanya kembali. Kita seolah kembali lagi ke masa itu, teringat kejadian waktu itu. Dan tanpa sadar, kita tersenyum, saat kita membaca tulisan itu yang mungkin terkesan konyol atau kita yang terlalu memusingkan hal yang seharusnya tidak terlalu kita pusingkan pada saat itu. Kadang, kita juga berpikir bahwa kita terlalu drama, lebay, dan semacamnya. Hahaha... Iya, itu saya. Saya yang (mungkin) terlalu drama di buku harian saya, tidak tahu apakah kalian juga pernah merasa seperti itu (?) :)

Saya pernah merasa terlalu berlebihan untuk beberapa masalah yang seharusnya tidak perlu saya pusingkan hingga berlebihan seperti itu. Saya juga pernah merasa sedih hingga menangis untuk sesuatu (yang kini saya sadari) tidak perlu disesali, melainkan sebaliknya---harus disyukuri.

Saya menyebut semua itu adalah proses--dalam hidup. Dan semua itu ada waktunya sendiri-sendiri. Setiap orang tidak pernah sama waktunya untuk mengalami serangkaian proses tersebut. Saya yakin, setiap manusia---tak terkecuali saya, pernah mengalami hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup, tanpa pernah sempat kita duga atau kita bayangkan sebelumnya. Kehilangan seseorang yang kita sayangi, masalah dengan teman atau sahabat, orang tua, masalah sekolah, kuliah, kerjaan, dan lain-lain---yang memang pada saat kita mengalaminya, kita merasa saat itu adalah masalah besar atau hal terburuk dalam hidup kita. Kita panik, bingung, sedih, terluka, menangis, marah, dan berbagai perasaan lain  bercampur aduk jadi satu. Iya, saya pernah merasa seperti itu.

Dan kalian tahu, apa yang menyembuhkan segala "luka" saya itu??
Kalian benar; WAKTU. Dan saya pikir, saya harus berterima kasih pada waktu. Dia-lah yang menyembuhkan luka saya, menyembuhkan segala kesedihan saya.

Saya masih ingat, pas saya menuliskan di buku harian saya tentang perasaan betapa sedihnya saya saat kehilangan lelaki yang pernah saya puja dan cintai. Dan, kau tahu? Ternyata berpisah atau kehilangan lelaki yang pernah singgah di hati saya saat itu adalah keputusan yang terbaik bagi saya. Saya tidak pernah membayangkan, apa yang akan terjadi jika saat ini saya masih bersama si Anu. Atau mungkin, saya masih tetap kekeuh mencintai si Itu, yang sudah tidak menyimpan nama saya lagi di hatinya---mungkin. Bisa saja saya masih terjebak dengan perasaan sentimentil saya.

***
Pada intinya, semua yang terjadi dalam hidup kita itu sudah tertulis di petaNya. Tidak pernah ada yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah diatur olehNya. Kita masuk universitas mana, kerja di perusahaan apa, menikah dengan siapa, atau mungkin hal-hal lain yang yang tak pernah kita tahu, tapi hanya Dia yang Maha Tahu. Hidup, yang kerapkali dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Kita memilih jalan kita sendiri, pilihan kita sendiri, tapi tetap Tuhan yang menentukan semuanya. Tetap Tuhan yang mengatur hidup kita. 

Dan semua yang terjadi dalam hidup kita itu pasti ada alasannya---serta hikmahnya. Bukankah kita sering mendengar quote : "Mungkin Tuhan sengaja mempertemukan kita dengan orang-orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang benar." Iya, Dia ingin kita belajar terlebih dahulu. Hidup juga termasuk proses belajar juga, bukan?

Jadi, apabila kita terluka---karena apapun itu, percayalah bahwa memang "luka" itulah yang terbaik bagi kita. Kita hanya perlu bersyukur dan belajar untuk menyembukan luka tanpa memperparah luka tersebut. Dan waktu, yang akan membantu kita menyembuhkan luka itu, karena kita harus tetap melanjutkan hidup kita. Saya yakin kita bisa, kok! :)
Dan untuk kalian yang (mungkin) terluka hatinya, kalian bisa menyembuhkannya. Because i still believe, life goes on and there  are a lot of fish out there. So, what are you waiting for? Let's hunting, darl! *wink* 
 

Danie's Microcosm Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei