Jumat, 30 Maret 2012

Selamat Ulang Tahun, Kamu!

di 3/30/2012 11:33:00 PM 3 komentar
Mataku tak sengaja melihat kalender di ruang kerjaku. Kulihat tanda merah melingkari angka 5. Aku lupa kapan aku melingkarinya. Sifat pelupaku semakin bertambah parah. Bahkan aku hampir selalu lupa hari ini hari apa. Hanya catatan dan reminder di ponsel yang seringkali kuandalkan. Aku melihatnya sekali lagi dan menepuk keningku, "hampir aja lupa. Tanggal 5 Januari, berarti hari ini", gumamku.

Aku segera menghubungi sekertarisku dan memintanya untuk segera memesan tempat di sebuah restoran dan menyiapkan segala yang kubutuhkan. Aku juga menghubungi seseorang dan meminta kesediaannya untuk datang, seperti yang telah direncanakan seminggu yang lalu.

Meskipun ini terlalu mendadak, karena keteledoranku sendiri, aku ingin segala sesuatunya sempurna untuk seseorang yang sangat spesial. Seseorang yang selalu memenuhi ruang di hatiku. Seseorang yang selalu ada untukku dan memberi warna di hidupku. Seseorang yang sangat kucintai. Dia adalah jantung hatiku.
***
Hampir dua puluh menit aku menunggu, akhirnya dia datang. Malam ini dia terlihat sangat cantik dengan dress warna pink, kesukaannya. Aku mengecup pipinya. Dia tersenyum manis.

Aku melirik jam di tangan kananku. Sebentar lagi, batinku.
"Ada kejutan spesial untukmu, Sayang. Tunggu sebentar lagi, ya.." kataku dengan mengedipkan salah satu mataku.
"Apa nih?"
"Tapi matanya ditutup dulu ya..nggak boleh ngintip loh.."
"Huh, apaan sih sampai segitunya. Bikin penasaran aja", jawabnya dengan memoncongkan bibirnya.
Aku tersenyum dan segera menghampirinya untuk mengikatkan kain kecil untuk menutupi kedua matanya. Dia pun menurut pasrah.

Aku segera mengetik pesan di ponselku. Tak lama kemudian, seseorang datang dengan sebuah kuetart di tangannya. Aku melambaikan tanganku ke arahnya dan meletakkan jari telunjukku di bibirku, memberinya isyarat. Dia tersenyum menghampiriku dan duduk di sampingku.

"Udah belom? Lama banget, sih.." tanyanya kesal.
"Iya, udah. Sekarang buka deh."

Dia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya dan tampak kaget dengan apa yang dilihat di depannya. Aku tersenyum. "Selamat ulang tahun, Sayang. Seperti yang kamu inginkan, kejutan spesialnya sudah ada di depanmu-- seorang ibu untukmu" kataku sambil mengecup keningnya.

Senyum Kinar langsung merekah dan langsung memeluk perempuan yang ada di depannya. Perempuan yang sempat menghilang. Perempuan yang sejak lama diinginkan Kinar untuk menjadi ibunya. Perempuan yang kucintai setelah Kinar, putri kecilku satu-satunya.

Dia tertawa riang. "Terima kasih, Pa.." bisiknya sambil mengecup pipiku.*



Jumat, 23 Maret 2012

Love? Just make It Simple

di 3/23/2012 08:15:00 PM 0 komentar
“Kamu boleh gagal dalam menyelesaikan studi, kamu boleh terantuk-antuk dalam mendapatkan pekerjaan, kamu boleh tersendat dalam meniti karir, tapi kamu jangan menikah dengan orang yang tidak benar-benar kamu cintai. Karena itu nyaris menyerupai kebodohan. Dan itu hanya semakin masuk dalam kepungan peristiwa yang tidak pernah kamu kehendaki. Hidup serumah dengan orang yang tidak kamu cintai, berangkat dan tidur dalam suasana yang sama, bercinta tanpa sepenuh rasa, beranak pinak, dan hanya merasa bahwa ini semua sekedar mengisi hidup, bukan untuk hidup itu sendiri.”

Saya mendapatkan quote itu dari salah satu teman, yang saya sendiri nggak tahu siapa penulisnya. Tapi setelah saya baca quote itu, saya jadi menggalau *halah*. Saya termasuk tipe pemuja cinta, tapi saya juga ingin realistis di jaman yang serba rumit seperti sekarang ini :’) Saya, dan mungkin juga semua orang ingin mencintai dan dicintai dengan tulus dan ikhlas. Well, a little bit of naive, may be :) Tapi, saya juga terlalu sering dicekoki dengan cerita-cerita yang yah, terdengar miris dan semacamnya dari beberapa teman cowok dan teman cewek saya. Maka, saya pun lantas jadi sedikit semacam parno. Saya (kadang) cenderung gampang curiga sama orang, dan kebetulan memang seringkali kecurigaan saya itu benar.

Soal cinta, saya sendiri (jelas) bukan pakarnya. Pengalaman saya tentang cinta-mencinta dan semacamnya tidak patut diacungi jempol. Ada banyak pendapat tentang cinta. Ada yang bilang, cinta itu pembodohan; ini pendapat orang yang sering melakukan hal-hal konyol atas nama cinta. Ada juga yang bilang, cinta itu indah; ini pendapat orang yang kehidupan asmaranya berhasil karena belum pernah mengalami pahitnya cinta *halah* Cinta itu absurd; ini pendapat bagi mereka yang tidak percaya adanya cinta. Teman saya sendiri bilang, kalau cinta itu bullshit, karena dia telah mengalami semacam pengkhianatan cinta. Cinta itu nano-nano, ada rasa manisnya, asem, juga asin; ini pendapat orang yang cerdas, hahaha.. Bagi saya sendiri, cinta itu adalah misteri, atau seperti hantu; di mana banyak orang yang membicarakannya, namun hanya sedikit yang bisa melihatnya. Misalnya si A sedang mempunyai hubungan dengan seseorang dan menyebutnya itu cinta, tapi ketika si A bercerita pada si B, mungkin B tidak menamakan itu cinta, tapi sesuatu yang lain. Bisa saja A mengalami apa yang disebut B sebagai suatu pembodohan, karena orang yang dicintai oleh A seringkali membohongi dan mengkhianatinya, sering melakukan kekerasan psikis, misalnya. Tapi si A tetap setia pada hatinya—mencintainya. Entahlah, setiap individu mempunyai perspektif masing-masing untuk memandang sebuah “cinta” itu. *saya sendiri susah untuk mengatakannya*

Mungkin karena saya sering dijadikan semacam “tempat sampah” atau sekedar dimintai pendapat tentang hal-hal yang beraroma galau oleh teman-teman saya, nggak tau juga kenapa, padahal mereka tahu saya bukan pakarnya, hahaha.. tapi, mungkin mereka nyaman dan percaya untuk bercerita pada saya, atau mungkin saya termasuk pendengar yang baik. Entahlah.. Dari cerita dan pengalaman mereka tersebut, saya banyak belajar, mengambil segi positif dan membuang yang negatif. Memang seharusnya seperti itu, bukan? *sigh* 

Selain sebagai sesuatu yang misteri, bagi saya cinta itu sederhana. Why you have to make it so complicated, when it can be that simple? Jika memang kamu merasa nyaman ketika menghabiskan waktu bersama dengan seseorang atau kamu merasa nyambung dan klik ketika mengobrol dengan seseorang, kemudian kamu akan menemukan semacam chemistry dengan orang itu, maka bisa saja cinta itu tumbuh dengan sendirinya, tanpa pernah kamu sadari. Dan ketika cinta itu datang, kamu pun tidak perlu untuk menyangkal atau menghindari perasaan itu, apabila memang kesempatan itu ada. Just let it flow!! Tapi ketika kamu dihadapkan pada sesuatu yang tidak seharusnya, kamu juga tidak perlu memaksakan untuk mencinta atau memaksa untuk mencari cinta itu. When it come, it comes. Semua akan indah pada waktunya. Kamu hanya perlu untuk tidak menutup pintu hatimu.

Berbicara tentang quote tadi, sebenernya ada benarnya juga. Seseorang itu sebaiknya memang menikah dengan orang yang dicintainya, atau minimal, ada semacam rasa ketertarikan kepada pasangannya, merasa klik atau nyambung dengan pasangannya, dan selanjutnya cinta itu bisa ditumbuhkan dengan kemauan bersama. Biarkan cinta itu mengalir apa adanya. Bicara memang kadang terasa lebih mudah daripada menjalaninya. Karena masalah cecintaan itu pastilah so complicated. Saya sangat paham soal itu. Karena tidak ada cinta yang sempurna. Tidak ada hati yang sempurna. Yang ada hanyalah bagaimana kita bisa mencintai pasangan kita dengan sempurna.~ (Dan’s) 


Sabtu, 17 Maret 2012

Cinta Itu Menyembuhkan

di 3/17/2012 10:54:00 PM 0 komentar
Alya mematut dirinya di depan cermin, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kali ini ia lebih mencondongkan wajahnya ke cermin, mengamatinya sekali lagi dengan seksama. Ia menyentuh pipi, kening, dan sesekali merapikan rambutnya. Kemudian ia mengambil ponselnya dan membuka galery photo. Ia melihat photo dirinya bersama teman-temannya yang diambil dua hari yang lalu di acara pernikahan salah satu teman semasa kuliahnya. Kemudian ia mulai membandingkan penampilan dirinya dengan teman-temannya.

“Apa yang salah, sih? Emang salah gue gitu, kalau muka gue nggak boros?” gumamnya. Ia mendengus kesal dan menghempaskan dirinya ke ranjang. Matanya menerawang dan teringat kembali kejadian dua hari yang lalu.

“Eh si Alya, lama nggak ketemu..Kok nggak berubah, tetep aja kayak dulu ya?” kata Icha, temannya.“Iya, Cha..hehe” jawab Alya sambil nyengir. Dalam hatinya ada rasa senang sekaligus kesal. Senang karena merasa masih kelihatan lebih muda dibanding dengan teman-temannya yang lain yang tampak lebih tua, ini artinya ia awet muda. Tapi lama-lama dirinya merasa kesal juga karena hampir tiap bertemu, mereka selalu mengatakan hal yang sama. Ia tidak tahu lagi cara membedakan mana yang pujian, dan mana yang celaan. “Iya Al, lo imut, sih” temannya yang lain ikut berkomentar. Kali ini, Alya hanya tersenyum kecil.

Saat sedang mengobrol, tidak sengaja mata Alya melihat Ray--lelaki yang dulu pernah singgah di hatinya. Ia enggan untuk menampakkan diri, apalagi untuk menyapanya. Tapi hal itu sungguh tidak bisa ia hindari. Ray melihatnya...dan menghampirinya. Alya pun cenderung pasif untuk terlibat percakapan dengannya. Ada sisa luka yang tiba-tiba menguap begitu saja, tanpa ia sadari. Padahal ia telah berusaha untuk mengubur luka itu dalam-dalam, tiga tahun ini. Dan ia merasa cukup berhasil melupakan kenangan itu, sampai akhirnya ia harus bertemu lagi dengannya--hari ini. Ia merasa ingin cepat-cepat pulang dan menghilang.

Tanpa sadar, ia teringat saat dirinya dan Ray masih dekat dan menjalin hubungan baik--dulu. Mereka terlibat hubungan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Saling menjaga dan menyayangi satu sama lain tanpa pernah ada kata yang seharusnya diucapkan oleh dua orang yang memang saling mencinta—sebuah pengakuan cinta. Tapi kenyataannya, mereka hanya sepasang sahabat yang saling mencinta dalam diam. Beberapa teman menyebutnya sebagai “complicated-relationship”. Dan Alya menyebutnya; hubungan yang menggantung. Klise.

Hubungan mereka terus berlanjut seperti itu, hingga Ray, tanpa sepengetahuan Alya, menjalin hubungan dengan gadis lain. Ray mengenalkan gadis itu sebagai tunangannya. Seketika hati Alya hancur. Ray; sahabat yang ia sayangi sekaligus ia cintai, tidak pernah bercerita mengenai hal ini. Padahal selama ini hampir tidak ada rahasia di antara mereka.

“Oh, jadi ini temen yang sering kamu ceritain ke aku, Say..” kata gadis itu, saat dikenalkan dengan Alya. “Wah, beneran masih kelihatan imut, ya..Beda banget sama kamu, Say. Muka kamu boros banget, hahaha..” katanya lagi, dengan gaya sok akrab yang tentu saja, sedikit menyinggung perasaan Alya. Ia hanya tersenyum kecil menanggapi komentar gadis itu. Ray menyikut lengan gadis itu. Ray tahu, Alya paling sensitif tentang hal yang menyangkut fisiknya yang memang tergolong kecil mungil.

Beberapa hari kemudian, Alya tidak sengaja bertemu dengan salah satu teman dekat Ray. Ia bercerita bahwa Ray sebenarnya mencintai Alya, tapi ibunya tidak menyetujuinya, hanya karena penampilan Alya yang childish. Ibunya berpikir bahwa Alya tidak cukup dewasa untuk bersama anaknya. Dan Ray bingung harus memilih siapa. Ia tergolong tipe penurut dan sangat menyayangi ibunya. Ia hampir tidak pernah membantah perkataan ibunya, walaupun harus mengorbankan perasaannya sendiri. Dan Ray akhirnya memilih untuk menghindar dari Alya dan membuka hatinya untuk yang lain. Alya terdiam mendengar cerita temannya itu. Lukanya semakin bertambah. Bagaimana mungkin, seseorang hanya dinilai dari wajah dan penampilannya, tanpa terlebih dulu mencoba untuk mengenalnya. Sejak itu, hubungannya dengan Ray merenggang. Dari yang selalu, menjadi sering, lalu jarang...dan kemudian tidak sama sekali. Mereka hanya berhenti bicara.

***

Mata Alya masih menerawang ke langit-langit kamar. “Berarti emang bukan jodoh”, gumamnya. Alya tersenyum sendiri dan kemudian memandangi suaminya yang masih tertidur pulas di sampingnya. Cinta lelaki inilah yang telah menyembuhkan lukanya, juga cinta mertuanya. Mereka tidak pernah mempermasalahkan penampilan Alya. Mereka bilang, itu hanya soal penampilan. Cinta itu menyembuhkan. Menyembuhkan segala luka. Menyembuhkan rasa tidak percaya dirinya.
 

Danie's Microcosm Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei