Kamis, 19 Januari 2012

Aku Benci Kamu Hari Ini

di 1/19/2012 09:15:00 PM
Sudah seminggu aku telah menjadi mata-mata untukku sendiri.  Dan hari ini, aku masih saja memata-mataimu. Sesekali aku menyewa orang untuk mengikuti kemanapun kau pergi, apa saja yang sedang kau kerjakan, dan siapa saja yang kau temui, mengawasi segala gerak-gerikmu. Seringkali aku juga memeriksa ponselmu, SMS, BBM, rincian panggilan, atau yang lain, dan tentunya tanpa sepengetahuanmu. Semua itu aku lakukan karena aku cemburu. Ya, aku cemburu padamu yang belakangan ini menunjukkan sesuatu yang tidak beres. Kejanggalan-kejanggalan yang tak pernah aku sadari sebelumnya.

***

Aku bersedia menikah denganmu, dua bulan yang lalu, setelah tiga bulan perkenalan kita. Memang terlalu singkat untuk mengenal sosokmu. Aku yang sudah lelah menjadi petualang cinta, aku yang sudah lelah oleh perihnya sakit hati, aku yang sudah lelah menjalani hubungan cinta yang semu, dengan mudah menerima begitu saja pinanganmu. Kau datang padaku dengan menawarkan seikat janji yang meyakinkan. Dan kau membuktikan semua kata-katamu. Kau dengan mantap meminta ijin kepada kedua orang tuaku untuk segera menikahiku. Aku senang bukan main, saat itu.

***

Aku menerima beberapa lembar foto yang membuat hatiku perih, sama seperti hari-hari sebelumnya. Kupandangi sekali lagi foto itu. Tampak kau sedang duduk berdua dan mengobrol mesra dengan orang lain. Orang yang tak pernah kukenal. Hanya saja orang yang bersamamu kali ini berbeda dengan orang yang sebelumnya. Tampak di foto, kau sedang tersenyum, senyum yang sangat asing bagiku. Berbeda dengan foto-foto sebelumnya, kau tampak mesra dengannya, kali ini.

Hallo..” kuangkat ponselku yang dari tadi berbunyi, membuyarkan lamunanku.
Saat ini suami Ibu sedang berada di Java Cafe, sedang makan malam bersama orang yang saya foto tadi.”
OK, thank’s.”

Aku segera memanggil taxi dan bergegas menuju cafe itu. Sesampainya disana, dengan mudah aku menemukan sosok itu. Aku duduk di kursi yang tak terlihat olehnya, tapi cukup untuk bisa mendengarkan percakapannya. Mereka sama sekali tidak menyadari kedatanganku. Aku dengan sembunyi-sembunyi memperhatikan segala gerak-geriknya. Aku melihat ekspresi yang begitu bahagia di wajah suamiku. Tersenyum dan tertawa lepas. Sesekali aku melihat orang itu menyuapkan makanan dan memegang tangan suamiku dengan mesra. Ah, aku tak sanggup lagi melihat semua ini. Hatiku hancur. Sedih, marah, terluka, campur aduk jadi satu. Aku benar-benar tertipu. Sikapmu yang manis ternyata hanya menutupi semua kedokmu. Kata-kata mesra yang selama ini kau ucap ternyata tak lebih dari bualan semata. Ternyata kau tidak mencintaiku, tetapi mencintai dia, Irwan, temanmu yang sering kau ajak mampir ke rumah. Tak terasa air mataku mengalir deras di pipiku.

Aku benci kamu hari ini. Sangat membencimu!!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Danie's Microcosm Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei