Rabu, 01 Februari 2012

Dia, Harry Potter-ku

di 2/01/2012 09:22:00 PM
Dia mempunyai nama yang unik. Dan aku memanggilnya dengan nama tengahnya. Aku senang memanggilnya seperti itu, dari dulu. Mungkin hanya aku seorang yang memanggilnya dengan nama itu. Ya, mungkin. Entahlah.

Dia, lelaki manis berkulit coklat namun tidak terlalu gelap. Dengan sepasang mata yang indah terbingkai kacamata. Dia mempunyai senyum yang hangat, seperti matahari yang menyinari langit di waktu senja dan berwarna jingga. Tubuhnya tidak atletis, namun cukup kokoh untuk melindungiku dari terpaan angin dingin. Dia tidak terlalu banyak bicara, sederhana, dan tidak banyak tingkah seperti teman-temanku yang lain. 

Aku suka memandanginya diam-diam dari jauh, mengamatinya, dan mengaguminya. Kerap aku menyapa dan memanggil namanya dengan riang, saat berjalan melewatiku yang sedang duduk-duduk bergerombol bersama teman-temanku yang lain-- di depan kelasku, dan berharap bisa menikmati senyuman itu. Aku sangat menyukai saat-saat itu. 

Aku jarang mempunyai kesempatan untuk bisa mengobrol dengannya, seperti sekedar menanyakan tentang pelajaran sekolah, hal-hal yang disukai atau yang tidak disukainya. Namun, aku tahu bahwa dia adalah lelaki yang cerdas dan pintar. Bahwa dia selalu mendapatkan peringkat terbaik di kelasnya. Bahwa dia adalah lelaki yang pantang menyerah, tekun dan rajin belajar diantara teman-temannya yang lain. Bahwa dia mempunyai sifat keras kepala dan kadang susah diatur. Dan mungkin aku sok tahu. Ya, mungkin.

Bagiku, dia adalah Harry Potter-ku. Dia, Harry Potter-ku; yang berkacamata, tak banyak bicara, namun cerdas. Dia, Harry Potter-ku; yang berani menghadapi apapun tanpa rasa takut. Dia, Harry Potter-ku; yang berpenampilan sederhana dan apa adanya. Dia, Harry Potter-ku; yang tampan dan berkharisma. Dia, Harry Potter-ku; yang senyumnya slalu mampu membuat hatiku meleleh seperti eskrim rasa coklat kesukaanku. Dia, Harry Potterku; yang berhasil membuatku salah tingkah dan tampak bodoh, tiap kali bertegur sapa dengannya.

Sembilan tahun berlalu dan aku masih menyimpan rasa itu. Ya, aku jatuh cinta padanya. Meski cinta itu tak akan pernah berbalas. Meski cinta itu hanya ada di hatiku, dan tak pernah terlintas untuk singgah ataupun bermain-main di hatinya. Dia; cinta platonisku---karena aku hanya mengaguminya diam-diam. Ya, aku hanya mencintainya diam-diam. Aku juga tak pernah tahu, apakah dia, si Harry Potter-ku itu pernah menyadari keberadaanku. Karena sembilan tahun ini, aku dan dia telah terpisah jarak dan waktu. Dan kabar terakhir yang kudengar, dia telah bertunangan dengan perempuan lain, yang tak pernah ku tahu.



Teruntuk Kamu, yang slalu kupanggil dengan nama tengahmu



0 komentar:

Posting Komentar

 

Danie's Microcosm Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei