Kamis, 23 Februari 2012

Cinta Datang (Bukan) Karena Terbiasa

di 2/23/2012 08:12:00 PM
Somewhere, 23 Februari 2012 at. 12.30 am

Pernah nggak terlintas pertanyaan tentang siapa jodoh kita kelak, seperti apa dia, apa yang sedang dikerjakannya, di mana dia tinggal, apa yang dia sukai, dan sebagainya dan sebagainya. Lalu, kadang kita hanya bisa menghela nafas panjang, menutup lamunan kita dengan hanya tersenyum kecil atau terlelap dan kemudian membawanya ke alam mimpi, dan berpikir bahwa semua itu hanya Tuhan yang tahu. Semua adalah rahasiaNya.

Kadang jodoh kita adalah orang yang keberadaannya tak jauh dari kita, tanpa pernah kita menyadarinya. Bisa jadi teman main kita, sahabat lama yang telah lama menghilang kemudian bertemu kembali pada moment yang tidak sengaja, orang-orang di sekitar kita yang sering kita temui tapi tak pernah terlintas dalam ingatan kita, atau mungkin kenalan baru kita. Dan di jaman serba canggih seperti sekarang ini, banyak cara untuk mendapatkan teman baru. Banyak juga yang mendapatkan pasangannya dari pertemanan di jaringan sosial, seperti facebook, twitter, atau  komunitas yang lain. Banyak contoh nyata di sekitar saya yang mendapatkan jodohnya dari pertemanan dunia maya tersebut.

Saya sendiri dulu menganggap seseorang yang menjalin hubungan pertemanan lewat dunia maya adalah klise alias tak pernah nyata. Kalaupun pada akhirnya mereka sepakat membuat janji untuk kopi darat alias ketemuan, pada akhirnya tetap saja akan terkesan klise. Biasanya pada waktu mereka ketemu, kenyataan tak sesuai dengan harapan. Sedikit banyak, seperti itulah pengalaman beberapa teman yang saya dengar.

Saya sendiri juga pernah mengalami hal yang serupa. Meskipun perasaan saya waktu pertama kali ketemu dengannya sedikit ilfil, tapi ternyata ego saya mampu mengalahkan semuanya. Saya termasuk orang yang mudah ilfil, namun adakalanya saya kekeuh dengan sesuatu hal yang dari awal mampu membuat saya merasa klik akan sesuatu tersebut. Misalnya saja, saya sedang pergi ke toko untuk mencari sebuah tas. Saya dihadapkan dengan berbagai banyak pilihan tas yang sangat menarik. Teman saya pun menyodorkan beberapa pilihan tas yang dianggapnya menarik, saya pun mengiyakan kalau memang tas-tas tersebut bagus dan menarik, tapi tidak lantas membuat saya ingin membeli tas tersebut. Namun, ketika mata saya bertemu dengan sebuah tas yang menurut saya tidak lebih bagus dari tas-tas yang dipilihkan teman saya tadi, tapi hati dan pikiran saya semacam langsung klik dengan tas tersebut, maka saya pun mengambil tas tersebut dan membelinya. Itu juga terjadi ketika saya membeli sepatu atau yang lain. Bukan berarti saya menyamakan seseorang tersebut dengan sepatu atau tas, hanya saja saya menganalogikannya lebih kurang seperti itu. Dari pertama kali saya berkenalan dan melihat fotonya, yang mungkin tidak secakep teman-teman saya yang “nyata” (baca: bukan di dunia maya), saya sudah merasa klik sama dia. Dia ya dia, bukan yang lain.

Pertemanan saya waktu itu memang lebih klise dari yang klise, haha.. Saya menganggap dia seperti kakak laki-laki saya, begitu pun sebaliknya. Entah saya yang bodoh, karena mempercayai hal yang klise, atau memang secara  tak sengaja perasaan mengalahkan logika, saya merasa hubungan “kakak-adik” ini jadi melebihi nama hubungan itu sendiri. And yes, i do. I like him. Saya jatuh cinta dengan “kakak” saya itu. Semacam LDR (Long Distance Relationship) yang klise pun berjalan. Saya menikmati masa-masa itu.

LDR ternyata nggak semudah yang saya bayangkan. Makanya, saya slalu salut sama pasangan yang bisa bertahan menjalani LDR. Saya ingin bisa seperti mereka. Dan, ya, hubungan saya dengan “kakak” saya ini tidak berjalan lancar. Sejak dia pindah tugas ke tempat yang lebih “kota”, saya merasa “kakak” saya itu terkena virus semacam “city-syndrom”, seperti artis yang baru saja naik daun, dia akan mengalami artis-syndrom. Mungkin seperti itulah yang dialami “kakak” saya itu. Dia (mungkin) terlalu menikmati lingkungan barunya, bertemu dengan orang-orang baru dan lebih menarik, mungkin, dan pada akhirnya sangat jarang sekali menghubungi saya, sampai akhirnya melupakan saya. Dia pernah mencoba mencari kesalahan saya. Lagu lama. Atau mungkin saja dia memang hanya menganggap saya nggak lebih sebagai tempat singgah di saat dia merasa bosan atau penat, sebagai hiburan di saat dia merasa luang, well,i don’t know, kesan seperti itulah yang ada di pikiran saya waktu itu. Hubungan yang klise itu pun hanya berjalan beberapa bulan saja. Mungkin emang belum jodoh kali ya.. :’)

Dunia maya tetaplah dunia maya, bukan nyata. Tapi, justru beberapa teman saya mendapatkan pasangannya dari facebook. Seperti yang dialami kakak teman saya, teman SMA, ataupun teman kuliah saya. Mereka sekarang sudah menikah dengan pacar facebook-nya itu.. It’s awesome J Dan rata-rata yang mendapatkan pasangan di facebook adalah teman-teman cowok. Lucu. Menarik J

Ada salah satu teman yang berhasil mendapatkan pasangannya dari dunia maya dan bilang; “jodoh itu seperti semacam gambling; coba lagi, coba lagi, dan coba lagi sampai bisa dapetin yang cocok. Saya cuman bisa diam mendengar analoginya tersebut, berpikir keras untuk bisa mengerti maksudnya. “Jadi, kalau nggak berhasil di satu orang, jangan menyerah, coba aja lagi kenalan sama yang lain. Jangan pernah terpaku sama satu orang, keep moving on”, katanya lagi. Terus, saya jadi mikir, mereka yang kenalan lewat dunia maya tersebut, pacaran, terus menikah (padahal hubungan mereka hanya berjalan beberapa bulan), tapi mereka berani mengambil keputusan untuk menikah, sangatlah kece. Bayangin aja, mereka kadang hanya sesekali ketemu. Kalau berada dalam satu kota, mungkin mereka bisa sering ketemuan, tapi yang jauh-jauhan hanya bisa telpon-telponan atau chatting untuk berusaha mengenal satu sama lain. Tapi, mereka punya niat dan komitmen yang kuat. Salut dan seringkali membuat saya tersenyum iri :)

Ada pepatah jawa yang mengatakan: witing tresno jalaran soko kulino (cinta bisa datang karena terbiasa), menurut saya itu kurang tepat. Bagi saya, cinta itu datang bukan hanya karena terbiasa, tapi cinta itu bisa ditumbuhkan, kecuali kita melarang cinta itu sendiri untuk tumbuh. Seberapa lamapun kita bersama dan terbiasa dengan seseorang, tapi jika hati kita nggak pernah menumbuhkan cinta tersebut, maka tidak akan pernah ada cinta di dalam hubungan tersebut. Semua tergantung dengan niat dan komitmen kita sendiri. Mungkin seperti itulah kemudian banyak pasangan yang hanya beberapa bulan kenal tapi mereka memutuskan untuk menikah. Jangan mencoba untuk mempersulit cinta, karena cinta itu sederhana,  sometimes sih, hehee..

Mungkin perkataan teman saya tadi benar, bahwa jodoh itu semacam gambling. Kita harus tetap berusaha untuk mencoba membuka hati kembali, mencari hati yang baru lagi, di saat hati yang lama telah berpindah ke hati yang lain. Dan kalau ingin berhasil, jangan pernah membanding-bandingkan hati yang baru dengan hati yang lama, karena pasti hati yang baru tersebut bakal kalah dengan hati yang lama. Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang lebih baik, jika masih tetap bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan yang lebih baik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan, begitu pun dengan hati. Kita tidak akan pernah menemukan hati yang sempurna. Kita hanya perlu mencari kebahagian-kebahagian kecil di antara perpindahan (hati) kita dan menikmatinya. Jodoh bisa datang dari mana saja dan kapan saja, di dunia nyata ataupun di linikala, tanpa pernah kita tahu. Hanya perlu keberanian untuk membuka hati, mencari hati yang baru, berpindah hati, dan mengenal hati tersebut dengan segala kelebihan dan kekurangannya. You better move on!!

Inspired by: Raditya dika- Manusia Setengah Salmon

0 komentar:

Posting Komentar

 

Danie's Microcosm Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei