Rabu, 02 Mei 2012

Secangkir Teh Dan Kamu

di 5/02/2012 07:45:00 AM

Aku sangat menyukai teh. Panas ataupun dingin. Hampir setiap hari aku meminumnya. Secangkir teh yang kunikmati setiap paginya mempunyai rasa yang khas, yang belum pernah kutemui di tempat lain---teh buatan ibuku. Kau tahu kan, makanan atau minuman yang dibuat ibumu selalu jadi nomor satu. Dan aku sangat menyukai teh buatan ibuku. Bukan hanya aku yang menyukai teh buatan Ibu, tapi beberapa temannya, temanku, dan saudara kami. Dan Ibuku mengajariku membuatnya; tentu saja dengan teknik khususnya.

Akan lebih nikmat jika kau menikmati secangkir teh bersama dengan orang yang kau sayangi, ditemani dengan snack atau biskuit sambil menikmati senja yang menuangkan semburat jingganya. Dengan bercengkerama atau dengan menonton televisi yang kadang acaranya sedikit membosankan.

Seperti saat ini, sore ini. Aku membuat dua cangkir teh; untukku dan untukmu. Aku juga membuatkan pisang goreng, kesukaanmu. “Yang paling mantap tuh, sore-sore gini minum teh, camilannya pisang goreng,” ujarmu kala itu. Sejak itu, setiap kita mempunyai waktu luang, aku selalu membuatkannya untukmu. Iya, karena kesibukan kita masing-masing, kita menjadi jarang menghabiskan waktu bersama. Kita jarang menikmati keajaiban alam kesukaan kita; senja yang jingga. Dan kamu, adalah penggemar pertama teh buatanku.

Hingga detik ini, akhirnya kita bisa menikmati waktu favorit kita---senja, berdua, di beranda belakang rumah. Kita duduk berdampingan di kursi. Sesekali kau merangkulkan tanganmu, dan mengecup keningku. Berbagi cerita tentang rutinitas kita yang terkadang membosankan. Dengan hanya begitu, beban pikiranku jadi sedikit berkurang.

Namun, secangkir tehmu masih utuh. Sepiring pisang goreng kesukaanmu juga belum kau sentuh, hingga keduanya menjadi dingin. Sementara aku, masih dengan secangkir teh yang juga masih utuh di tanganku. Diam.
“Ma, ayo..katanya mau main rumah-rumahan sama Adek?” Nayla, putri semata wayangku menarik-narik lengan bajuku. Aku kaget dan tersadar dari lamunanku. Tak terasa air mataku mengalir. Ternyata aku masih saja terus merindukannya, hingga hari ini, detik ini. Aku seperti orang gila yang tanpa sadar berbicara sendiri dan hanya bisa memeluk bayangannya---suamiku, yang hari ini tepat satu tahun sejak kecelakaan yang merenggut nyawanya.*

0 komentar:

Posting Komentar

 

Danie's Microcosm Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei